Nasib Wulan Gadis Surabaya Penjual Koran demi Beli Rumah Untuk Orang Tua,Kini Impian Terwujud

banner 468x60

Iniatif dan tekad keras Wulan, gadis asli Surabaya, Jawa Timur (Jatim), mulai memberikan hasil.

Nasib Wulan menunjukkan peningkatan yang lebih baik karena waktu yang berlalu.

Dia, yang asalnya bekerja sebagai wartawan koran di lampu merah.

Sekarang, sudah memungkinkan untuk mengamankan visi untuk membeli sebuah rumah untuk orangtua kita.

Bacaan Lainnya
banner 300x250

Sekarang saya bekerja mulai pukul 09.00 WIB, dan malamnya saya sepenuhnya berdedikasi untuk menyelesaikan kuliah online di Kampus Stikosa AWS.

“Alhamdulillah bisa membeli rumah di Madura. Tujuan saya agar semua anggota keluarga bisa berkumpul bersama saya,” ujarnya, dikutip dari Kompas.com oleh kabarpati.com.

Untuk sementara, Wulan dan ibunya tinggal di Rumah Singgah, milik Geng Gemes Surabaya, di Jalan Kedung pengkol.

Mereka selain tinggal di sana, juga bekerja sebagai penjaga Rumah Singgah bersama ibunya.

Dia melanjutkan pekerjaannya setelah mengalami kecelakaan kelakaridan menyebabkannya tak bisa terus menjual koran seperti sedia kala.

Sekarang tidak menjual koran lagi karena tahun lalu beberapa minggu terakhir aku menyelesaikan operasi kaki.

“Saya terus bekerja, sekarang jadi penjual handphone untuk memenuhi makanan dan kebutuhan lainnya,” ujarnya.

Dia juga bekerja sebagai penjual di salah satu toko handphone.

Saya pernah tahun lalu bermobilitas ke Sidoarjo bersama teman, saya dirawatnya cukup lama, dan akhirnya saya tidak melanjutkan lagi menjual koran.

“Tetapi lanjut bekerja sebagai_sales biar bisa memperoleh uang untuk makan dan kebutuhan lain,” ujarnya.

Meski begitu, Wulan tetap melanjutkan pendidikannya dan sekarang belajar di Universitas STIKOSA-AWS.

Ia berharap bisa mengenyam pendidikan terus-menerus untuk mencapai cita-cita hidup yang pantas.


Pernah menginap davresi Sungai atau Canal

Wulan menceritakan, dirinya pernah berkhotbah di bawah jembatan di Jakarta.

Mereka kemudian mencoba nasib di Surabaya.

“Waktu bocah itu, ibu, bapak PKK leukemie kecil saya, saya masih kecil, berusia 5 tahun, itu sekitar tahun 2009-an,” katanya.

Tadi di Jakarta tidak sudiya memiliki rumah, dan di Surabaya juga sama tidak ada.

“Kata orang, ningrat di sini sudah ada teman yang buyung, akhirnya ya mau tinggal di bawah jembatan,” ujarnya.


Rela Jualan Koran

Kemudian, Wulan yang saat itu masih duduk di bangku Sekolah Dasar, memutuskan untuk menjual koran, tisu, hingga alat tulis di sejumlah lampu lalu lintas.

“Saya kelas 1 di SDN Kapasari 1 itu sambil menjual koran secara terus-menerus, seperti itu saya tidak membayar biayanya,” ujarnya ketika ditemui di Rumah Singgah, Jalan Kedung Pengkol, Surabaya hari Senin (3/2/2025), seperti dilansir kabarpati.comdari Kompas.com.

Karena keuangan ibunya yang menjadi pemulung dan ayahnya yang bekerja sebagai sopir truk masih belum cukup.

Dulu tidak pernah merasa diusir oleh satpol PP, tapi ketika pulang malam, nunggu saja tanpa ada orang. Barang-barang hanya sedikit, ter+\sangkut di pinggir Begitu saja.

Pekerjaan sebagai pedagang koran tetap dilakukan saat ia sekolah di SMP Islam Darusallam dan SMK dr Soetomo di Surabaya.

“Aku pernah jualan di semua tempat, koran, tisu, buku, di parkiran TP (Tunjungan Plaza), Delta (Plasa Surabaya), lalu Taman Apsari, lampu merah Pucang, Bratang, Panjang Jiwo,” katanya.

Dia juga berbagi pengalaman menjual koran di Alun-alun Sidoarjo.

“Itu berangkatnya naik kereta, jadi jika berangkat harus pagi-pagi sebenarnya supaya nanti agak lama di sana,” tambahnya.

Meskipun berjuang mencari uang, ia tetap tekad untuk terus melanjutkan sekolah.

“Saya jualan tetapi saya tetap melanjutkan sekolah itu, pertama di SDN Kapasari 1 itu gratis, kemudian dipungut biaya oleh Geng Gemes sehingga saya bisa sekolah di SMP Islam Darusallam dan SMK dr Soetomo,” ucapnya.

Bahkan, Wulan juga membuka sexto toko online di sela-sela menjual koran di dekat lampu merah.

Itu bertujuan untuk merealisasikan impian-impian agar bisa membeli rumah di masa akan datang.

” sewaktu SMA pernah menjual koran dan membuka toko online yang menjual pakaian, kosmetik, dan snack. Jadi, aku sendirian yang mengantar barang-barang itu waktu pulang menjual koran,” ujar dia.


Tak Malu Dibully

Selain kesusahan macet, Wulan juga harus menyikapi perasaannya dalam menahan kenangan masa lalu menyakitkan karena pernah diganggu oleh anak-anak lain di sekolah.

Dulu pernah berpapasan dengan teman lama di lebaran Jalan dr Soetomo tepatnya dekat sekolah, reaksi temanku seperti tersenyum, penasaran. Mungkin di SD seperti dulu waktu ‘koran-koran’ habis dibaca di kelas, ya sudah pasrah.


===


Kami mengajak Anda mendaftar ke Saluran Whatsapp Harian Surya. Melalui saluran WhatsApp ini, Harian Surya akan mengirimkan saran-saran membaca menarik buat Bacaan Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Persebaya dari seluruh wilayah di Jawa Timur.


untuk untuk bergabung

banner 300x250

Pos terkait

banner 468x60

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *