Tradisi Idul Fitri Di Kabupaten Pati

tradisi
banner 468x60

Kabupaten Pati di Jawa Tengah memiliki beragam tradisi khas yang mewarnai perayaan Idulfitri. Berikut beberapa di antaranya

1. Ziarah Kubur

Menjelang atau sesudah salat Idulfitri, masyarakat Pati biasanya melakukan ziarah ke makam leluhur dan sanak saudara. Kegiatan ini bertujuan untuk mendoakan mereka yang telah meninggal, memohonkan ampunan atas dosa-dosa mereka, serta membersihkan makam dan menaburkan bunga sebagai tanda penghormatan.

2. Kondangan atau Selametan

Bacaan Lainnya
banner 300x250

Tradisi ini tersebar di berbagai desa di Pati, di mana warga berkumpul di masjid atau musala setelah salat Idulfitri dengan membawa nasi berkat—nasi lengkap dengan lauk-pauk. Mereka duduk bersama dalam lingkaran, berdoa sebagai ungkapan syukur atas nikmat yang diberikan selama Ramadan dan Idulfitri, serta memohon keselamatan. Setelah doa, nasi berkat dibagikan kepada semua yang hadir.

3. Selametan Riyoyo

Di Desa Jrahi, Kecamatan Gunungwungkal, terdapat tradisi Selametan Riyoyo yang awalnya dilaksanakan mulai malam takbiran hingga setelah salat Idulfitri. Setiap rumah membuat nasi berkat dan mengundang tetangga untuk selametan. Karena hampir setiap rumah mengadakan, warga harus mengatur waktu untuk menghadiri semua undangan. Saat ini, tradisi ini dimodifikasi dengan pelaksanaan selametan yang dimulai sejak awal Ramadan hingga Idulfitri.

4. Takbir Keliling

Malam Idulfitri di Pati dimeriahkan dengan takbir keliling, di mana kelompok-kelompok dari masjid atau musala mengumandangkan takbir sambil berkeliling desa. Mereka sering membawa ogoh-ogoh atau boneka besar yang dibuat kreatif. Beberapa desa bahkan mengadakan lomba untuk menilai kelompok dengan penampilan terbaik, ogoh-ogoh terindah, dan ketertiban terbaik.

5. Silaturahmi ke Sanak Keluarga dan Tetangga

Setelah salat Idulfitri, tradisi sungkeman dilakukan, di mana anak-anak bersimpuh dan memohon maaf kepada orang tua. Selanjutnya, mereka bersilaturahmi ke sanak keluarga dan tetangga, saling meminta maaf atas kesalahan yang disengaja maupun tidak. Waktu pelaksanaan tradisi ini bervariasi di setiap desa, ada yang tepat saat hari raya, ada pula yang sehari setelahnya.

6. Lebaran Ketupat (Bodo Kupat)

Seminggu setelah Idulfitri, masyarakat Pati merayakan Lebaran Ketupat atau Bodo Kupat. Mereka membuat ketupat yang disantap bersama keluarga dengan hidangan seperti opor ayam atau kuah santan lainnya. Sebagian ketupat juga dibagikan kepada kerabat dan tetangga sebagai simbol kebersamaan dan saling berbagi.

7. Tradisi Lomban Kupatan di Tayu

Di Kecamatan Tayu, terdapat tradisi Lomban Kupatan yang diadakan setelah Lebaran Ketupat. Acara ini melibatkan larung sesaji ke muara Sungai Tayu, termasuk kepala kerbau, kambing, dan ayam putih mulus, yang sebelumnya didoakan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Tradisi ini juga dimeriahkan dengan marching band, barongan, karnaval, ogoh-ogoh, serta pasar malam di alun-alun Tayu.

8. Tradisi Maleman

Pada malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadan, masyarakat Desa Kajar, Kecamatan Trangkil, melaksanakan tradisi Maleman. Mereka membagikan nasi kotak atau makanan lain kepada tetangga dan saudara sebagai bentuk sedekah, dengan harapan mendapatkan berkah Lailatul Qadar.

Tradisi-tradisi ini mencerminkan kekayaan budaya dan nilai-nilai kebersamaan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Pati dalam merayakan Idulfitri.

 

Informasi lengkap dan menarik lainnya di kabarpati.

banner 300x250

Pos terkait

banner 468x60