Takbir keliling merupakan salah satu tradisi khas masyarakat Indonesia dalam menyambut Hari Raya Idulfitri, termasuk di Kabupaten Pati. Tradisi ini telah berlangsung sejak lama dan menjadi bagian dari perayaan kemenangan setelah menjalani ibadah puasa selama sebulan penuh.
Asal-Usul Takbir Keliling di Pati
Takbir keliling di Pati sudah ada sejak zaman dahulu, kemungkinan besar sejak era penyebaran Islam di wilayah Pantura oleh para Wali Songo. Sebagai bagian dari budaya Islam yang berkembang di Jawa, tradisi ini menjadi sarana dakwah sekaligus bentuk ekspresi kegembiraan umat Muslim dalam menyambut 1 Syawal.
Di masa lalu, takbir keliling dilakukan secara sederhana, di mana masyarakat berjalan kaki berkeliling desa atau kota sambil membawa obor dan melantunkan takbir bersama-sama. Seiring waktu, takbir keliling berkembang dengan berbagai inovasi, seperti penggunaan kendaraan hias, bedug besar, dan lampu-lampu warna-warni.
Takbir Keliling dari Masa ke Masa
- Era Tradisional (Sebelum 1980-an)
- Takbir keliling dilakukan dengan berjalan kaki keliling kampung.
- Peserta membawa obor dari bambu dan bedug kecil dari kulit kambing.
- Suasana penuh kebersamaan, diikuti oleh anak-anak hingga orang tua.
- Era Modernisasi (1990-an – 2000-an)
- Mulai menggunakan kendaraan seperti gerobak dan becak yang dihiasi kain dan lampu.
- Peserta mengenakan pakaian Islami dan mengusung simbol-simbol keagamaan.
- Pemerintah daerah mulai memberikan dukungan dengan mengatur rute agar lebih tertib.
- Era Kendaraan Hias dan Lomba (2010-an – Sekarang)
- Penggunaan mobil bak terbuka dan truk yang dihiasi lampu LED dan miniatur masjid.
- Takbir keliling menjadi ajang kreativitas dengan tema tertentu.
- Di beberapa tempat, digelar lomba takbir keliling dengan hadiah menarik.
Peran Pemerintah dan Masyarakat
Pemerintah Kabupaten Pati bersama aparat keamanan turut mengatur jalannya takbir keliling agar tetap aman dan kondusif. Beberapa tahun terakhir, takbir keliling juga diatur dengan jalur tertentu untuk menghindari kemacetan dan kecelakaan lalu lintas.
Selain itu, takbir keliling juga menjadi ajang silaturahmi antarwarga, di mana komunitas, masjid, hingga organisasi kepemudaan turut serta dalam perayaan ini.
Tantangan dan Perkembangan
- Keselamatan di Jalan Raya → Meningkatnya jumlah kendaraan membuat perlu adanya pengaturan lalu lintas yang ketat.
- Pengaruh Pandemi → Pada masa pandemi COVID-19, takbir keliling sempat ditiadakan untuk mencegah penyebaran virus.
- Modernisasi → Kini, takbir keliling juga disiarkan secara daring melalui media sosial, sehingga lebih banyak orang bisa menyaksikannya.
Kesimpulan
Takbir keliling di Pati bukan hanya sekadar tradisi, tetapi juga wujud kebersamaan masyarakat dalam merayakan hari kemenangan. Dari berjalan kaki membawa obor hingga kendaraan hias dengan lampu gemerlap, tradisi ini terus berkembang mengikuti zaman tanpa menghilangkan nilai spiritualnya.
Bagaimana dengan takbir keliling tahun ini? Apakah akan semakin meriah? Semoga tetap berjalan dengan aman dan penuh keberkahan. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahilhamd!
Informasi kabupaten Pati lainya bisa di lihat di kabarpati.com