,
Jakarta
-Ribuan orang
berunjuk rasa
di Seoul, Korea Selatan, pada hari Sabtu, 5 April 2025 guna memberikan dukungan kepada mantan presiden tersebut.
Yoon Suk Yeol
yang dihapuskan dari posisinya satu hari sebelumnya akibat deklarasi darurat militer yang tidak berhasil.
Mahkamah Konstitusi Republik Korea secara bersama-sama mengambil keputusan pada hari Jumat bahwa mereka harus mencabut hak Yoon karena usaha dia pada tanggal 3 Desember dalam upayanya untuk menjungkal pemerintahan sipil. Aksi dari Yoon tersebut menyebabkan adanya pemilihan umum tambahan yang direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Juni sebagai hasil dari situasi keresahan politik yang telah berlangsung selama beberapa bulan ini.
Dilansir dari
Arab News
, antisipasi panjang terhadap keputusan peradilan semakin memperkuat tensi di negeri itu, termasuk dukungan dari kelompok ekstrem kanan kepada Yoon serta unjuk rasa mingguan yang digelar lawannya di pusat pemerintahan Seoul.
Pendukong Yoon keluar ke jalanan di pusat kota dan berjalan melawan hujan hari Sabtu ini sambil menggebrak slogan “impeachment tidak valid!” serta “batal kan pemilu mendadak!”.
Mengambil keputusan oleh Mahkamah Konstitusi telah meruntuhkan sistem demokrasi kita,” ujar demonstran bernama Yang Joo-young, 26 tahun. “Sebagai salah satu dari generasi muda antara dua puluhan hingga tiga puluhan, saya sungguh prihatin terhadap nasib bangsa di kemudian hari.
Yoon telah mendukung keadaan darurat militer karena dianggap perlu untuk menumpas “kelompok anti-negara” serta ancaman yang dia sebutkan berasal dari Korea Utara.
Di sisi lainnya, terdapat begitu banyak antusiasme di Seoul pada hari Jumat kemarin dari kelompok yang tidak setuju dengan pemerintahannya Yoon. Banyak orang saling memeluk serta menitikkan air mata ketika hasil tersebut dikumandangkan.
Akan tetapi, Yoon sudah menerima dukungan dari pemuka-pemuka agama ekstrem serta YouTuber dengan pandangan kanan kuat. Para pakar mengatakan bahwa mereka mempergunakan data yang tidak akurat untuk meraih dukungan bagi Yoon.
“Keretakan masyarakat akibat polarisasi politik dan disinformasi sudah terkuak oleh Kepresidenan Yoon,” ungkap Minseon Ku, seorang peneliti pascadoktoral di William & Mary Global Research Institute, demikian dilaporkan.
Arab News
.
Mahkamah menghakimi bahwa perbuatan Yoon di bulan Desember sudah menciptakan “ancaman besar” terhadap kestabilan negeri tersebut.
Berikutnya, pakar menyatakan bahwa pemimpin oposisi Lee Jae-myung dianggap sebagai kandidat utama untuk pemilihan selanjutnya. Partainya telah menerapkan strategi yang lebih bersahabat dengan Korea Utara.
Sejumlah penggemar Yoon prihatin terkait masa depan presiden Lee. Pengikut setia Yoon, Park Jong-hwan berusia 59 tahun mengatakan, “Saya benar-benar yakin bahwa Korsel telah usai.” Dia menambahkan, “Kita tampaknya sudah bergeser menuju arah yang lebih sosialis dan komunis.”