WASHINGTON DC, –
Ratusan ribu penduduk Amerika Serikat beserta beberapa negara lain membanjiri jalanan pada hari Sabtu (5/4/2025), dengan melakukan demonstrasi besar-besaran yang dikenal sebagai “Hands Off!”. Aksi ini merupakan bentukan penolakan atas keputusan pemerintahan Presiden AS Donald Trump.
Mengacu pada data dari panitia acara, diperkirakan ada sekitar 1.200 unjuk rasa yang dilangsungkan di berbagai belahan Amerika Serikat ini menjadi salah satu gerakan massal terbesar dalam waktu sehari semenjak pelantikan kembali Trump pada tanggal 20 Januari kemarin.
Gerakan ini diprakarsai oleh lebih dari 150 organisasi penggerak perubahan dan direncanakan akan terjadi di semua 50 negara bagian Amerika Serikat, serta di berbagai megapolitan internasional termasuk London, Paris, Berlin, Meksiko City, sampai Lisbon.
“Demo ini merupakan pernyataan kuat terhadap Musk dan Trump beserta para anggota Kongres dari Partai Republik dan seluruh sekutu MAGA, dengan menyampaikan bahwa kita menolak intervensinya di demokrasi kita, lingkungan komunitas kita, sekolah-sekolah kita, sahabat-sahabat kita, dan juga tetangga-tetangga kita,” ungkap Ezra Levin, seorang pendiri gerakan Indivisible.
Indivisible merupakan salah satu dari berbagai kelompok progresif yang merancang gerakan tersebut. Organisasi ini terbentuk usai pemilu presiden pertama Trump di tahun 2016, dan saat ini bekerjasama dengan rangkaian jaringan-jaringan liberal lainnya seperti
MoveOn
dan
Working Families Party
.
Aksi protes skala besar diprediksi akan terjadi di area National Mall, Washington D.C.
Beberapa organisasi yang mendukung Palestina ikut berpartisipasi dalam mengekspresikan ketidaksetujuannya tentang dukungan Amerika Serikat terhadap operasi militer Israel di Gaza. Mereka juga mengkritisi cara pemerintah pimpinan Trump merespons unjuk rasa di lingkungan akademis.
Kritikan terhadap Trump timbul setelah serangkaian perintah eksekutif yang dia keluarkan semenjak mengambil alih jabatan lagi.
Tahap-tahap itu, sesuai pendapat lawan proponentsnya, sejalan dengan skenario konservatisme ekstrim dari Proyek 2025, suatu gerakan politik berambisi untuk merombak tata kelola pemerintahan pusat serta meningkatkan wewenang presiden.
Tetapi, Gedung Putih menyangkal klaim yang mengatakan bahwa kebijakan itu akan merugikan masyarakat.
Liz Huston, Asisten Sekretaris Pers Gedung Putih, menggarisbawahi bahwa Presiden Trump masih bertekad untuk memelihara hak-hak sipil rakyatnya.
“Posisi Presiden Trump tegas, dia berkomitmen untuk terus menjaga Jaminan Sosial, Medicare, serta Medicaid bagi mereka yang memenuhi kriteria sebagai penerima manfaat. Di sisi lain, partai Demokrat ingin menyediakan keuntungan dari Jaminan Sosial, Medicaid, dan Medicare juga bagi imigran tanpa dokumen resmi, langkah yang dianggap Huston dapat merugikan dan bahkan membawa keruntuhan pada program-program tersebut hingga mencelakai lansia Amerika,” tulis Huston dalam pernyataannya secara tertulis.
Reuters
.
Walaupun banyak dari keputusan Trump masih terkendala oleh tuntutan hukum, seperti pemberhentian karyawan negeri, pengejaran dan pengusiran imigran, serta pencabutan hak-hak komunitas transgender, para pendukungnya menyambut baik tindakan-tindakan itu sebagai ungkapan berani melawan hegemoni liberal.
Tindakan besar ini mengekali Women’s March on Washington pada awal masa jabatan pertama Trump tahun 2017, dengan partisipasi ratusan ribu orang.
Walaupun skala protes pada tahun ini dikatakan lebih rendah, para pemimpin dariaktivis yakin bahwa tindakan bersama antar berbagai kelompok akan memperkuat upaya penentangan mereka terhadap kebijakan Trump.
Sejumlah organisasi ternama seperti Serikat Pekerja Internasional Sektor Layanan yang menggambarkan hampir 2 juta karyawan, Himpunan Hak Asasi Manusia (organisasi pendukung LGBTQ terkemuka di Amerika Serikat), dan kelompok lingkungan hidup Greenpeace, turut menunjukkan keikutsertaan mereka dalam pergerakan tersebut.