Pernyataan Ahok dan Eks Karyawan Soal Riva Siahaan Beda Jauh

ahok
banner 468x60

Pernyataan mantan Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Tbk, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan mantan karyawannya bernama Hari berbeda.

Ahok mengungkapkan sifat Riva Siahaan sebagai Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga. Akan tetapi pernyataan Ahok bertentangan dengan Hari. Ahok menilai Riva Siahaan sebagai pribadi yang menurutnya kurang baik. Sementara Hari menganggap Riva sebagai orang baik. Bahkan baginya, hubungan Hari dan Riva seperti hubungan ayah dan anak. Hari menggambarkan Riva Siahaan sebagai atasan yang dekat dengan karyawan.

Beliau sangat dekat dengan karyawan, seperti hubungan ayah dan anak. Beliau selalu hadir di setiap acara. Seperti acara perayaan Ramadhan yang baru saja berlangsung. Bahkan meskipun beliau bukanlah seorang Muslim, tapi beliau juga hadir untuk menunjukkan dukungannya.  Edy, karyawan lainnya yang bekerja di bagian IT, juga merasa tidak terduga atas kasus yang menjerat Riva. “Saya juga terkejut. Saya tidak menyangka juga. Beliau termasuk yang suka menyapa karyawan, kalau ketemu senyum, gitu,” ucap Edy.

Meski tidak pernah berbicara langsung, Edy mengakui bahwa Riva selalu tampil profesional dalam seminar-seminar perusahaan, terutama di bidang pemasaran dan branding Pertamina Patra Niaga.

Bacaan Lainnya
banner 300x250

Sementara itu, Ahok mempertanyakan mengapa seseorang seperti Riva Siahaan, Maya Kusumawardhani, dan Yogi Firnandi masih bisa menjabat sebagai pimpinan PT Pertamina Patra Niaga.

Diketahui, tiga orang yang disebutkan oleh Ahok adalah tersangka kasus korupsi tata kelola minyak mentah dan produksi kilang di PT Pertamina Patra Niaga yang oleh Kejaksaan Agung (Kejagung) diperkirakan mengakibatkan kerugian negara sebesar Rp193,7 triliun.

Ahok awalnya mengatakan, Riva, Maya, dan Yoki merupakan sosok yang setiap rapat dimarahi olehnya saat masih menjabat sebagai Komisaris Utama PT Pertamina.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menyebut mereka adalah orang yang ngomong seenaknya ketika diberitahu olehnya.

“Apalagi ketika Riva, Maya, dan Yoki diminta untuk membenarkan suatu hal yang salah, mereka tidak pernah melakukannya,” kata Ahok.

“Mereka ini ya sangat pintar. Dimarahi tetapi tetap diam, tidak pernah dipekerjakan. Minggu depan juga akan sama,” katanya, dikutip dari YouTube Liputan6, Minggu (1/3/2025).

Ahok juga menjelaskan Riva, Maya, dan Yoki menjadi alasan mengapa transaksi pembayaran di SPBU masih menggunakan uang tunai.

Padahal, dari empat tahun yang lalu, dia sudah meminta kepada mereka untuk menggunakan aplikasi MyPertamina untuk melakukan pembayaran di SPBU.

“Sampai hari ini, SPBU (bayar) masih menggunakan uang tunai. Saya sudah meminta pembayaran melalui aplikasi MyPertamina sejak empat tahun yang lalu,” katanya. Ahok berkata bahwa Riva cs tampaknya tidak takut kepadanya dan selalu mengulang kesalahan karena dirinya tidak memiliki wewenang untuk memecat sebagai komisaris utama. Ia berharap agar komisaris utama tidak hanya diberi wewenang untuk mengawasi, melainkan juga melakukan pemecatan.

“Kenapa dia berani? Karena dia tahu, aku nggak bisa mecat dia. Jadi, intinya kalau orang dikasih kuasa mengawasi, harus ada kuasa untuk memecat, itu kuncinya,” katanya. Kemudian, Ahok pun bertanya kepada petinggi Pertamina seperti Riva cs masih dikeamanan di perusahaan yang berwarna merah tersebut dan tidak kunjung dipecat sejak lama.

“Apa yang bisa memecat yang ini yang brengsek-brengsek ini masih bertahan?” kata Ahok.

Mega Korupsi Pertamina

Kejaksaan Agung (Kejagung) mengumumkan penetapan tersangka dan penahanan terhadap tujuh orang terkait kasus dugaan korupsi pengelolaan minyak mentah dan produk kilang pada PT Pertamina, Subholding, dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) tahun 2018-2023, termasuk yang bermodus mengcampur atau mengoplos BBM kualitas oktan RON 90 (Pertalite) menjadi RON 92 (Pertamax).

Para tersangka terdiri dari empat orang nomor dua di PT Pertamina (Persero) dan tiga orang dari perusahaan swasta, yang kemudian ditahan oleh Kejaksaan Agung.

Empat orang tertinggi di perusahaan anak PT Pertamina (Persero) adalah Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan; Direktur Optimasi Feedstock dan Produk PT Kilang Pertamina Internasional, Sani Dinar Saifuddin; Wakil Presiden Pengelolaan Feedstock PT Kilang Pertamina Internasional, Agus Purwono; dan pejabat PT Pertamina International Shipping, Yoki Firnandi.

Sementara itu, tiga orang dari kalangan swasta, yaitu Pemilik Manajemen PT Navigator Khatulistiwa, Muhammad Kerry Adrianto Riza; Komisaris PT Navigator Khatulistiwa dan Komisaris PT Jenggala Maritim, Dimas Werhaspati; dan Komisaris PT Jenggala Maritim dan Direktur Utama PT Orbit Terminal Merak, Gading Ramadhan Joedo.

Kejagung mengungkapkan salah satu modus operandi kejahatan itu adalah mengubah Pertalite (RON 90) menjadi Pertamax (RON 92) dan menjualnya dengan harga yang lebih tinggi.

Kejaksaan juga mengungkapkan bahwa pengoplosan bahan pangan tersebut terjadi di tempat penyimpanan bahan makanan, yang jelas bertentangan dengan peraturan yang berlaku.

“Saya katakan ada modus seperti RON 90 (Pertalite), tetapi dibayar harga RON 92 (Pertamax) dan kemudian dicampur,” kata Direktur Penyidikan Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus Kejagung Abdul Qohar, saat konferensi pers di Kejagung, Jakarta, Selasa (25/2/2025).

Qohar menyebutkan, perbuatan para terdakwa itu menyebabkan kerugian negara sebesar Rp 193,7 triliun.

“Ada beberapa tindakan melawan hukum yang telah menyebabkan kerugian negara sekitar Rp193,7 triliun dari berbagai aspek,” kata Qohar.

Kejaksaan Agung memastikan bahwa semua bukti akan disampaikan ke publik setelah proses penyelidikan selesai.

“Pasti kita tidak akan tertutup, semua kita buka, semua kita sampaikan kepada teman-teman wartawan untuk diakses oleh masyarakat,” ucapnya.

Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kementerian Hukum dan HAM, Harli Siregar menegaskan temuan modus operandi BBM RON 90 dioplos menjadi BBM RON 92 merupakan hasil penyelidikan yang disertai bukti bukti yang kuat.

“Modus termasuk yang saya sebutkan RON 90 (Pertalite), tapi dibayar (harga) RON 92 (Pertamax) kemudian diblending, dioplos, dicampur,” kata Harli.

Ia menegaskan bahwa temuan tersebut merupakan hasil dari penyelidikan atas produk BBM tahun 2018-2023, bukan saat ini.

“Jadi, kami beritahukan masyarakat untuk tetap tenang karena sesungguhnya kita melakukan penyelidikan terkait kecurangan dalam impor minyak mentah dan produk kilang di Pertamina pada tahun 2018-2023,” kata Harli.

Atas dasar itu, Harli mengatakan, bahwa anggapan masyarakat yang mengira BBM jenis Ron 92 atau Pertamax yang saat ini beredar palsu adalah tidak tepat.

Pasalnya minyak yang sebelumnya diaduk atau dicampur oleh Riva dan timnya untuk meningkatkan kualitasnya sekarang sudah habis digunakan.

Minyak itu sudah habis pakai, jadi jangan ada pemikiran di masyarakat bahwa minyak yang sekarang digunakan itu adalah campuran, itu tidak tepat.

Selain itu, Harli juga menjelaskan bahwa fakta hukum dalam praktik korupsi tersebut telah selesai.

Harli meminta kepada masyarakat agar tidak menyalahartikan hal tersebut dan tetap tenang.

“Karena pelaksanaan hukum ini rekan media mendukung, masyarakat mendukung supaya apa? Supaya tuntas tapi jangan sampai menimbulkan keresahan di masyarakat karena peristiwa ini sudah selesai,” katanya.

PT Pertamina Patra Niaga Menolak

Penjelasan dari pihak Kejaksaan Agung tentang modus kejahatan terkait dugaan pencucian uang dengan mengubah BBM RON 90 (Pertalite) menjadi BBM RON 92 (Pertamax) mendapatkan protes dari PT Pertamina Patra Niaga.

Kepala Sekretaris Perusahaan PT Pertamina Patra Niaga, Heppy Wulansari, mengatakan tidak ada pengolahan bahan bakar Pertamax, di mana kualitas Pertamax telah dipastikan sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan pemerintah, yakni RON 92.

“Produk yang masuk ke terminal BBM Pertamina adalah produk jadi yang sesuai dengan RON masing-masing, Pertalite memiliki RON 90 dan Pertamax memiliki RON 92. Spesifikasi yang disalurkan ke masyarakat dari awal penerimaan produk di terminal Pertamina telah sesuai dengan ketentuan pemerintah,” ujar Heppy, dalam keterangannya, Rabu (26/2/2025).

Baca juga: Prabowo: Danantara Harus Bisa Diperiksa Setiap Saat oleh Siapapun

Menurutnya, perawatan yang dilakukan di terminal utama BBM adalah proses injeksi warna (dyes) sebagai pembeda produk agar mudah dikenali masyarakat.

Selain itu, ada pula injeksi additive yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja produk Pertamax.

“Jadi bukan pengolahan atau mengubah RON. Masyarakat tidak perlu khawatir dengan kualitas Pertamax,” jelas Heppy.

www.kabarpati.com
www.detik.com
banner 300x250

Pos terkait

banner 468x60

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *