Harga Minyak Turun Drastis 7% Setelah China Umumkan Tarif Balasannya

banner 468x60


,

JAKARTA –
Harga minyak
Global merosot 7% di pasar Jumat (4/4/2025) hingga mencapai posisi terendah dalam lebih dari tiga tahun setelah China mengungkapkan akan memberlakukan bea balasan atas produk-produk yang berasal dari Amerika Serikat.

Tindakan ini menyulut kembali perang dagang yang semakin menggelayuti masa depan ekonomi dunia dan menaikkan ketakutan akan resesi di antara para pemodal.

Melansir

Reuters,

Sabtu (5/4/2025), nilai minyak mentah bergerak
Brent
jatuh sebesar US$4,56 atau 6,5% hingga mencapai level US$65,58 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate (
WTI
) menurun menjadi US$4,96 atau sekitar 7,4%, mencapai angka US$61,99.


Tarif Trump Bikin Perang Dagang Makin Membara, Wall Street Terjun Bebas

Bacaan Lainnya
banner 300x250

Sepanjang sesi perdagangan, harga Brent pernah turun hingga mencapai US$64,03 sementara WTI menurun sampai US$60,45, posisi terrendahnya dalam empat tahun belakangan. Dalam seminggu ini saja, Brent mengalami penurunan sebesar 10,9%, sedangkan WTI juga ikut melemah dengan persentase kemerosotan sekitar 10,6%.

Sebagai pembeli utama minyak global, China memastikan bakal menambah bea impor sebanyak 34% bagi semua barang dari Amerika Serikat yang dimulai pada tanggal 10 April mendatang. Sementara itu, beberapa negeri lain juga siap ikut merespons dengan tindakan mirip sebagai akibat keputusan tariff oleh Kepala Negara tersebut.
Donald Trump
yang meraih prestasi tertinggi selama lebih dari satu abad.

:

Perang Dagang Babak Kedua Dimulai! Amerika dan Cina Saling timpakan dengan Pajak Impor

Barang-barang utama seperti gas alam, kedelai, serta emas mengalami penurunan harga. Sementara itu, pasar saham di seluruh dunia juga merosot. JPMorgan Chase telah memperbaharui perkiraannya, menyatakan bahwa peluang terjadinya resesi global meningkat menjadi 60% sebelum akhir tahun ini, naik dari estimasi sebelumnya yang hanya 40%.

Analis energi dari United ICAP, Scott Shelton, menyebut bahwa harga yang ada sekarang telah mencerminkan nilai wajar untuk minyak, kecuali kita memperoleh informasi lebih pasti tentang tingkat penurunan permintaannya.

:

Kebijakan Tarif oleh Trump Memicu Perang Dagang, China Memberikan Balasan Tegas

Dia memperkirakan bahwa harga WTI mungkin akan menurun menjadi antara 50 dolar atas sampai pertengahan pada jangka pendek ini, karena adanya penipisan harapan untuk permintaan serta pengaruh dari sentimen pasar yang kurang mendukung.

“Harga minyak WTI diproyeksikan akan menutup sesi pada rentang antara US$50-menengah ke atas dalam waktu mendatang karena permintaannya kemungkinan akan merosot mengingat situasi pasar yang ada,” ungkap Shelton.

Jerome Powell, ketua Federal Reserve, mengatakan bahwa tarif terbaru yang diberlakukan oleh Trump melebihi estimasi awal dan ia memberikan peringatan tentang berbagai dampak ekonomi seperti inflasi meningkat serta pertumbuhan melambat. Ini dapat menantang otoritas bank sentral di masa mendatang.


Tekanan dari Produksi OPEC+

Harga minyak turut terdampak oleh tindakan tersebut.
OPEC
+ yang mengakselerasi jadwal untuk meningkatkan produksi. Konsortium produsen minyak tersebut saat ini bertujuan untuk menyediakan tambahan suplai hingga 411.000 barrel per hari mulai bulan Mei, naik tajam dibanding dengan rencana awal yaitu hanya 135.000 barrel per hari.

Selain itu, keputusan pengadilan Rusia yang menolak penangguhan fasilitas ekspor terminal Laut Hitam milik Konsorsium Pipa Kaspia (CPC) turut membebani harga. Langkah itu diperkirakan akan mencegah gangguan pasokan dari Kazakhstan.

Walaupun impor minyak, gas, serta hasil pengolahan diberlakukan pengecualian dari tarif baru Amerika Serikat, efek tak langsung dari keputusan Trump masih sangat besar sebab berkontribusi pada kenaikan harga, menghambat perkembangan ekonomi, dan semakin mempersulit perselisihan perdagangan internasional yang telah tegang.

Goldman Sachs juga mengurangi target harga minyak Brent dan WTI untuk Desember 2025 dengan jumlah yang sama yaitu US$5, sehingga menjadi US$66 dan US$62.

Risiko terhadap perkiraan harga yang kami berikan saat ini tetap condong ke sisi penurunan, khususnya pada tahun 2026, disebabkan oleh ancaman resesi dunia serta kemungkinan bertambahnya pasokan dari OPEC+. Demikian dijelaskan oleh Kepala Riset Minyak Goldman Sachs, Daan Struyven.

HSBC pun mengurangi perkiraan peningkatan permintaan dunia akan minyak mentah pada tahun 2025, meredakan prediksi dari 1 juta barel setiap harinya menjadi 0,9 juta barel, sambil memperhitungkan efek bea masuk serta kebijakan pengeluaran OPEC+.

banner 300x250

Pos terkait

banner 468x60

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *