Hingga Selasa petang, 4 Maret 2025, ketinggian air bervariasi, mulai dari 50 sentimeter hingga 1,5 meter. Menurut pantauan Tempo, banjir merendam permukiman padat penduduk yang berbatasan langsung dengan bantaran Sungai Ciliwung.
Rumah sementara belum dibangun, dan dapur umum belum dibuka. Banyak warga yang terdampak memilih mengungsi ke rumah tetangga mereka yang lebih tinggi. Alfrianto, salah satu warga di RT 01 RW 03 Rawajati, mengatakan dia dan keluarganya khawatir dengan debit air yang belum surut. “Dari pagi sampai sore ini belum juga surut,” kata Alfrianto, yang memutuskan untuk tetap tinggal di lantai dua rumahnya.
Rumah Alfrianto merupakan salah satu yang terletak paling dekat dengan Kali Ciliwung. Air merendam hingga hampir mencapai bagian atas kusen pintu rumahnya.
Warga lain, Rukmini, mengatakan air mulai naik sekitar pukul 05.30 WIB. Sebagian besar warga yang terkena dampak masih berhasil menyelamatkan barang-barang mereka ke tempat yang lebih tinggi.
Sekarang Rukmini berlindung di SDN 07 Rawajati, tak jauh dari tempat tinggalnya. Banjir kali ini adalah yang terbesar sejak 2018. Biasanya, kata Rukmini, banjir sering datang saat hujan lebat. “Biasanya kalau ada (banjir) kiriman, itu setinggi betis. Tadi pagi hampir setinggi leher orang dewasa,” katanya.
Rukmini dan warga lainnya berharap banjir tidak berlarut-larut. Dia juga berharap pemerintah memberikan bantuan berupa sembako. “Hingga hari ini belum ada. Warga masih menghadapi kesulitan sendiri-sendiri,” katanya.
Sebelumnya, Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Kapusdatin BPBD) Jakarta Mohamad Yohan mengatakan Jakarta Selatan dan Jakarta Timur menjadi wilayah yang paling terkena dampak banjir. Dia menyebut genangan air di kedua wilayah itu mencapai lebih dari satu meter. “Adanya debit air yang sangat tinggi ini, menjadi tantangan tersendiri untuk menyelesaikannya,” kata Yohan saat ditemui di Balai Kota Jakarta pada Selasa, 4 Maret 2025.
Yohan menjelaskan bahwa tren banjir di Jakarta sangat fluktuatif. Dia memberikan contoh banjir di Kampung Melayu yang sempat menurun, lalu kembali meluap karena banjir dari Kali Ciliwung. Kondisi yang labil ini, menurut Yohan, membuat BPBD kesulitan memprediksi perkembangan situasi.
Meskipun demikian, Yohan menyatakan bahwa BPBD telah mengutus seluruh personil untuk menangani banjir kali ini. Selain itu, pihaknya bekerja sama dengan pihak terkait lainnya, seperti Dinas Sumber Daya Air (SDA), Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat), serta TNI atau Polri. “Kami terus berusaha dan bersiap, koordinasi juga terus berjalan,” ucapnya.
Hingga pukul 12.00 WIB, BPBD mencatat genangan masih terjadi di 105 RT dan lima jalan. Wilayah yang terendam itu berada di Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur. “Wilayah yang paling banyak terdampak sekarang itu di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur ya, dengan ketinggian di atas satu meter,” kata Yohan.