Anak Petani Lulus Dokter: Kisah Nyata dari Gabus yang Menginspirasi

dokter
banner 468x60

Pati – Di sebuah desa kecil di Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati, tersembunyi kisah luar biasa dari keluarga sederhana yang membuktikan bahwa cita-cita tinggi tak harus lahir dari latar belakang yang serba ada. Dialah Dimas Prasetyo (26), pemuda desa yang berhasil menaklukkan rintangan hidup dan kini resmi bergelar dokter dari salah satu perguruan tinggi negeri ternama.

Dimas lahir dan besar di Desa Tanjunganom, sebuah kawasan agraris yang dikelilingi hamparan sawah dan pepohonan. Ayahnya, Pak Warto, adalah petani penggarap, sedangkan ibunya, Bu Siti, berjualan jajan pasar keliling dari desa ke desa. Setiap hari mereka bangun sebelum fajar, bukan untuk berlibur atau bersantai, tetapi untuk mengejar rezeki agar dapur tetap mengepul dan anak-anak bisa sekolah.

Meski hidup dalam keterbatasan, keluarga ini memegang satu nilai utama: pendidikan adalah jalan keluar dari kemiskinan.

“Saya tidak bisa kasih warisan berupa tanah luas atau rumah besar. Tapi saya bisa wariskan semangat. Kalau anak saya mau sekolah, saya siap bantu sebisanya,” ujar Pak Warto saat ditemui di rumah kayu sederhana miliknya.

Bacaan Lainnya
banner 300x250

Bercita-cita Jadi Dokter Sejak Kecil

Dimas sejak kecil dikenal pendiam tapi cerdas. Ia selalu duduk di deretan depan saat belajar di SDN Tanjunganom. Suatu ketika, saat usianya 10 tahun, ibunya jatuh sakit dan hanya bisa dirawat seadanya di rumah. Di situlah keinginan menjadi dokter muncul. Ia ingin suatu hari nanti bisa membantu orang-orang seperti ibunya yang kesulitan mendapatkan pelayanan kesehatan.

Perjuangan itu tidak mudah. Di SMP, ia berjalan kaki sejauh 3 km tiap hari. Untuk menghemat, ia membawa bekal dari rumah dan kerap belajar dengan penerangan lampu minyak saat listrik mati. Namun semangatnya tak pernah padam.

Lolos Kedokteran dengan Beasiswa

Setelah lulus SMA dengan nilai tertinggi di sekolah, Dimas mendaftar ke Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro lewat jalur SNMPTN. Tak disangka, ia diterima. Bahagia bercampur bingung karena keluarga tak punya cukup uang untuk biaya kuliah yang besar.

Untungnya, Dimas lolos seleksi beasiswa KIP Kuliah. Selama kuliah, ia hidup hemat dan fokus belajar. Ia mengisi waktu luang dengan menjadi asisten dosen, membantu praktikum, bahkan mengajar les anak-anak di sekitar kosnya untuk menambah uang saku.

“Kadang saya rindu rumah, tapi saya tahu perjuangan orang tua di kampung lebih berat. Jadi saya harus kuat,” kenangnya.

Lulus dari kedokteran bukan perkara mudah. Ia harus melewati koas di rumah sakit dengan jadwal padat, malam begadang, dan tekanan mental. Namun Dimas berhasil menyelesaikannya dengan hasil memuaskan. Ia resmi menjadi dokter pada 2023 lalu.

Kembali Pulang dan Mengabdi

Alih-alih mencari kerja di kota besar atau luar negeri, Dimas memilih kembali ke Pati. Ia ingin mengabdi di kampung halaman. Saat ini ia bertugas di Puskesmas Gabus sebagai dokter umum dan aktif memberikan edukasi kesehatan ke sekolah dan desa-desa.

Setiap akhir pekan, ia membuka layanan konsultasi gratis di balai desa untuk warga kurang mampu. Ia bahkan tengah merintis program “Dokter Desa” yang bertujuan menjangkau warga lansia yang sulit datang ke fasilitas kesehatan.

“Saya ingin jadi dokter yang benar-benar dekat dengan rakyat. Bukan hanya mengobati, tapi juga mendengar dan memberi harapan,” ucapnya.

Jadi Kebanggaan Warga dan Harapan Baru

Kisah Dimas menyebar cepat di media sosial setelah dibagikan oleh seorang guru SMP-nya. Banyak yang kagum dengan perjuangannya. Ia kini menjadi pembicara motivasi di berbagai sekolah, khususnya di daerah pedesaan.

Bagi warga Desa Tanjunganom, Dimas adalah simbol harapan. “Anak petani bisa jadi dokter. Itu membuat kami percaya bahwa anak-anak desa juga bisa sukses asal tekun dan tidak menyerah,” kata Bu Marni, tetangga yang mengenal Dimas sejak kecil.

Pesan untuk Anak Muda Pati

Dimas selalu menyampaikan satu pesan ke anak-anak muda di Pati: jangan minder jadi anak desa. Menurutnya, mimpi besar bisa lahir dari tempat terpencil sekalipun, asal ada usaha dan doa orang tua.

“Jangan pernah malu dengan asalmu. Justru dari desa, kamu bisa punya nilai lebih: jujur, tangguh, dan peduli,” tutupnya.

Kisah Dimas adalah bukti bahwa anak petani pun bisa jadi dokter. Ia tidak hanya sukses secara akademik, tapi juga kembali untuk membangun desanya. Sosok seperti ini patut menjadi panutan generasi muda Pati ke depan.

Kabar pati yang lain bisa dilihat di kabarpati.com

banner 300x250

Pos terkait

banner 468x60